SANGGAR BELAJAR BARENG

Bilik Sastra
Bilik Musik
Bilik Teater
Bilik Wirausaha

Selasa, 27 Juli 2010

Jawa Timur Negeri Puisi

[ Minggu, 25 Juli 2010 ]

Jawa Timur Negeri Puisi

Perkembangan sastra Indonesia di Jawa Timur masih didominasi puisi. Jawa Timur masih merupakan provinsi penghasil puisi ketimbang provinsi penghasil prosa. Jika mencari siapa penulis prosa yang menonjol di Jawa Timur hari ini, terlebih yang karyanya menasional, kita tak mungkin berpaling dari sejumlah nama senior seperti Budi Darma, Ratna Indraswari Ibrahim, atau Beni Setia yang juga dikenal sebagai penyair.
Tentu saja tak berarti tidak ada pengarang muda di Jawa Timur yang menekuni penulisan prosa. Buku kumpulan cerpen Pleidooi (2009), misalnya, memuat karya 14 cerpenis muda dari Malang. Kita pun tahu bahwa novel karya penyair-prosais muda Mashuri, Hubbu, memenangi sayembara penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta beberapa tahun lalu. Belakangan, penyair terkemuka Mardi Luhung juga muncul sebagai penulis cerpen yang berhasil mencuri perhatian publik sastra nasional. Tapi harus diakui, setelah kemunculan fenomenal Sony Karsono pada paro kedua 1990-an, sedikit sekali prosais muda Jawa Timur yang karyanya diperhitungkan di tingkat nasional. Stefanny Irawan, Fahrudin Nashrulloh, dan Lan Fang termasuk di antara segelintir penulis prosa terkini di Jawa Timur yang namanya bergaung di luar pagar provinsi.
Sebaliknya, dunia kepenulisan puisi di Jawa Timur seolah mengalami musim semi abadi. Generasi penyair baru terus lahir melapisi generasi sebelumnya, dan di setiap lapisan generasi penyair itu selalu ada sejumlah nama yang menyeruak ke permukaan medan sosial sastra di luar lingkup Jawa Timur. Buku Pesta Penyair (Dewan Kesenian Jawa Timur, 2009) memberikan peta mutakhir tentang supremasi puisi di Jawa Timur. Antologi itu memuat puisi karya 55 penyair yang masih hidup di Jawa Timur, mulai D. Zawawi Imron (kelahiran 1945) sampai Eny Rose (kelahiran 1992). Terlihat jelas bahwa supremasi puisi di Jawa Timur dikawal oleh barisan penyair yang mencuat pada abad ke-20 (Akhudiat, Mardi Luhung, Tjahjono Widarmanto, Tjahjono Widijanto, Anas Yusuf, Aming Aminoedin, dll), mereka yang muncul pada sekitar pergantian milenium (S. Yoga, Indra Tjahyadi, Timur Budi Raja, W. Haryanto, Mashuri, Deny Tri Aryanti, F. Azis Manna, dll), serta sederet pendatang baru (A. Muttaqin, Umar Fauzi, A. Junianto, Dody Kristanto, Alek Subairi, dll).
Mengapa di Jawa Timur puisi jauh lebih subur daripada prosa? Dua faktor penyebab dapat diajukan. Faktor pertama bersifat objektif. Sejak lama, perkembangan sastra di Jawa Timur tidak saja ditopang oleh ruang kebudayaan di media-massa, tetapi terutama digerakkan oleh berbagai forum dan komunitas sastra yang tersebar di seantero wilayah Jawa Timur. Di antaranya berkat ''militansi'' para penyair Jawa Timur dari dulu sampai sekarang, forum baca puisi di provinsi ini selalu lebih giat dan lebih semarak daripada forum baca prosa. Banyak kota di Jawa Timur yang punya komunitas sastra aktif: Surabaya, Mojokerto, Jombang, Banyuwangi, Jember, Malang, Batu, Gresik, Lamongan, Ngawi, Blitar, Bangkalan, Sumenep, dsb. Puisi boleh dibilang sudah mentradisi sebagai ''mata uang'' utama yang dipertukarkan di antara anggota komunitas maupun antarkomunitas melalui mimbar-mimbar pembacaan puisi. Medan sosial sastra Indonesia di Jawa Timur selama ini cenderung lebih kondusif bagi pertumbuhan puisi ketimbang prosa.
Faktor kedua berhubungan dengan realitas ma­syarakat Jawa Timur sebagai, mencomot istilah Ben Anderson, ''komunitas anggitan'' (imagined community). Ketika berbicara tentang Jawa Timur, orang sering lupa bahwa ''Jawa Timur'' itu sesungguhnya tidak benar-benar ada atau minimal belum sepenuhnya ada. Sebuah unit administratif bernama Provinsi Jawa Timur memang ada, tapi kita sebetulnya bisa berdebat mengenai keberadaan Jawa Timur sebagai unit sosiokultural yang nyata.
Di Jawa Timur bahasa Indonesia adalah lingua franca, sarana komunikasi bagi sekumpulan penduduk yang berbeda-beda bahasa, tapi dibayangkan sebagai satu kesatuan ''masyarakat Jawa Timur''. Seseorang yang tumbuh-besar di Surabaya, sehari-hari berbahasa Jawa kasar Suroboyoan dan hanya memakai bahasa Indonesia dalam acara resmi, harus menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan orang Madura dalam kesempatan formal maupun informal. Dia juga harus berbicara dalam bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan kerabat di Ngawi karena bahasa Jawa egaliter Suroboyoan yang dikuasainya akan terdengar kurang ajar di telinga warga Jawa Timur bagian barat. Bahasa Indonesia menebus diskomunikasi dan miskomunikasi di tengah kemajemukan bahasa-bahasa lokal di Jawa Timur. Dengan kata lain, ''bahasa Jawa Timur'' sesungguhnya adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesialah yang memungkinkan imajinasi tentang sebuah Jawa Timur, suatu mozaik beragam subkultur dan bahasa setempat.
Masalahnya, bahasa Indonesia mengandung endapan kenasionalan yang terlalu pekat untuk menyegel keregionalan Jawa Timur. ''Bahasa Jawa Timur'' adalah bahasa Indonesia, tetapi bahasa Indonesia adalah milik bangsa Indonesia. Kepemilikan itu diabsahkan secara historis oleh memori kolektif tentang sebuah Indonesia yang didefinisikan oleh Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 1945.
Adapun Jawa Timur boleh dibilang tak punya memori kolektif yang cukup solid untuk mendefinisikan diri, untuk dijadikan pijakan mengucapkan diri secara otentik. Ingatan tentang kerajaan-kerajaan besar di Jawa Timur, misalnya Singasari dan Majapahit, sudah terlalu rangup dan sayup dimangsa waktu, bagaikan puing-puing candi yang berserakan di Trowulan. Karya pujangga keraton Jawa Timur sulit diakses oleh generasi kini. Sementara itu, tak ada bahasa pra-Indonesia yang cukup inklusif untuk membingkai memori kolektif tentang sebuah Jawa Timur. Bingkai memori kolektif tentang sebuah Jawa Timur hanya disediakan oleh bahasa Indonesia, tapi bingkai ini selalu terbetot ke luar, ke arah ''bangsa Indonesia''. Jawa Timur tak punya bahasa, kecuali bahasa Indonesia: bahasa yang menyuarakan dan sekaligus membungkam ''Jawa Timur'', membentuk dan sekaligus menyangkal ''masyarakat Jawa Timur''.
Sangat mungkin, posisi ambigu bahasa Indonesia di Jawa Timur adalah faktor ''bawah-sadar'' yang mengakibatkan provinsi ini menjadi lahan subur puisi, ragam sastra yang merayakan ambiguitas makna. Menjelajahi medan ambiguitas makna berarti menyusun korespondensi baru antara hal-ihwal, dan itu berarti menciptakan bahasa. Makna ''Jawa Timur'' hanya eksis dalam hubungan komunikasi melalui bahasa Indonesia, tetapi eksistensi Jawa Timur baru betul-betul bermakna apabila ia mampu mengucapkan diri secara otentik, menjadikan bahasa Indonesia sebagai milik sendiri. (*)


*) Arif Bagus Prasetyo, kritikus sastra, tinggal di Denpasar

Sabtu, 24 Juli 2010

Preview Dwilogi Padang Bulan karya Andrea Hirata

Kali pertama pegang buku ini buka halaman pertama, asyiiikkk…ada tanda tangan dari Andrea Hirata! Dulu buku Sang Pemimpi juga ada tanda tangannya, plus ketemu langsung. Deg, kok halaman berikutnya terbalik?!? Ternyata memang begitu tata lay outnya. Satu buku yang terdiri dari dua judul: Dwilogi Padang Bulan dan Cinta Di dalam Gelas. Bener-bener kreatif nih!
Dwilogi Padang Bulan. Covernya berbentuk dua merpati yang bertengger di ranting yang berbeda pada sebuah pohon. 37 halaman pertama yang terdiri 6 mozaik mampu mengiris hati saat membacanya. Bahkan sutradara Laskar Pelangi, Mira Lesmana menulis di twitternya: “Aduh, ini bukunya Andrea Hirata ‘Padang Bulan’, baru 7 halaman udah tragis giniiii..hiks hiks.”
Menceritakan seorang anak perempuan. Enong, panggilan sayang untuk anak perempuan. Duduk di kelas enam SD dan merupakan siswa yang cerdas. Sejak kelas satu, ia selalu menjadi juara kelas. Pelajaran favoritnya adalah bahasa Inggris dan cita-citanya ingin menjadi guru seperti Bu Nizam. Hidupnya yang sederhana namun manis berubah seratus delapan puluh derajat saat ia kehilangan ayah tercintanya. Saat letih, Enong teringat 3 kata yang dijadikan cambuk semangat hidupnya; Sacrifice, honesty, dan freedom dan sering menyanyikan lagu if you are happy and you know it, clap your hands. Jika tidak bersedih atas sebuah kehilangan menimbulkan perasaan bersalah, hal itu merupakan kesalahan baru sebab kesedihan harusnya menjadi bagian dari kebenaran.
Ada juga Detektif M. Nur. Ia selalu terobsesi dengan rahasia, spionase, mengintai, menyamar, menyelinap, dan mengendap-endap. Sakit gila nomor 31. Punya burung peliharaan bernama Jose Rizal. Sahabat Ikal ini membantu urusan percintaan Ikal dengan A Ling yang mengalami pasang surut.
Cemburu adalah perahu nabi Nuh yang tergenang di dalam hati yang karam. Lalu, naiklah ke geladak perahu itu, binatang yang berpasang-pasangan yakni perasaan tak berdaya-ingin mengalahkan, rencana-rencana jahat penyesalan, kesedihan-gengsi, kemarahan-keputusasaan, dan ketidakadilan-mengasihani diri.
Pertemuan dengan seseorang mengandung rahasia Tuhan. Maka, pertemuan sesungguhnya adalah nasib. Orang tak hanya bertemu begitu saja, pasti ada sesuatu dibalik itu. Begitu banyak hidup orang berubah lantaran sebuah pertemuan. Namun sayang, tak semua dapat mengungkap rahasia itu, dan beruntunglah sedikit orang yang memahami maksud dari sbeuah pertemuan.
Orang yang cemburu, jika menjadi politisi akan korupsi. Jika menjadi supporter, akan menyalah-nyalahkan wasit. Jika bercermin, membelah cermin. Jika mencintai, akan menyakiti. Jika pemilu, akan menjadi golongan putih.
Cinta, akan membawa pelakunya pada kegilaan dan kesengsaraan yang tak terbayangkan. Cinta, adalah sebuah tempat di mana orang dapat menyakiti dirinya sendiri. Cinta, dapat pada seseorang, atau pada cinta itu sendiri, dan keduanya mengandung bahaya yang tidak kecil. Begitulah Ikal, dengan segala upaya telah dia kerahkan untuk meraih (kembali) cinta A Ling.
Buku kedua, Cinta di Dalam Gelas. Covernya terdiri dari seorang laki-laki dan tiga perempuan yang berbeda. Cerita berisi perpaduan ramuan antara kopi, catur dan kehidupan masyarakat Belitong. Andrea Hirata meraciknya dalam satu kesatuan. Bahkan sosok Ikal, mempunyai Buku Besar Peminum Kopi.
Kopi adalah minuman yang ajaib, setidaknya bagi lidah orang Melayu, karena rasanya dapat berubah berdasarkan tempat. Adapun mereka yang sama sekali tidak minum kopi adalah penyia-nyia hidup ini.
Cara memegang gelas kopi tak sesederhana tampaknya, tetapi sesungguhnya mengandung makna filosofi yang dalam. Warung kopi adalah laboratorium perilaku, dan kopi bak ensiklopedia yang tebal tentang watak seseorang:
- Pegangan tangan di bawah gelas kopi menceritakan hal lain, yaitu tentang kematangan pendirian dan kebijakan bersikap. Semakin ke atas, semakin besar maknanya.
- Mereka yang memegang gelas kopi dengan ujung jempol dan ujung jari di tengah saja, di bagian tengah gelas, pertanda menderita karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.
- Ke atas sedikit, mereka yang menjepit gelas kopi dengan jari telunjuk dan jari tengah, kedua jari itu sejajar, lalu pada sisi gelas sebaliknya, dengan jari manis dan kelingking, adalah satu tindakan yang bodoh sebab akan membuat gelas tertungging dan kopi tumpah. Namun, ketidakseimbangan itu mereka tegakkan dengan ujung jempol. Orang-orang ini ingin aspirasinya didengar dan kemampuannya diakui.
Dimulai dari Mozaik 24 halaman 117 hingga halaman terakhir, kita diajak menelusuri kisah perjalanan catur yang mengubah hidup Maryamah. Lawan pertama Maryamah adalah Aziz Tarmizi, seorang duda kembang. Kemudian melawan Maksum, Muntaha, Jumadi, dan di akhiri melawan Matarom. Seumpama catur, hidup sedikit banyak seperti reaksi atas pilihan sulit yang silih berganti mem-fait accompali manusia, dan rupanya alasan selalu lebih mudah dilupakan ketimbang akibat.
Di akhir cerita, kita akan mengetahui akhir perjalanan Enong yang bertransformasi menjadi Maryamah binti Zamzami dengan sebutan baru, Maryamah Karpov. Sebuah jawaban atas teka-teki kita selama ini tentang siapa Maryamah Karpov.
Dalam tulisannya di www.andrea-hirata.com, Andrea Hirata berkata: “Sastra tak ubahnya sepak bola, semua orang pandai membicarakannya, semua orang pandai berkomentar. Dan begitu mudahnya seseorang dapat menyitir perkataan sastrawan besar pada masa listrik belum ditemukan manusia, lalu melemparkannya ke subuah forum, agar ia tampak lihai.”
Cinta, ditaburkan dari langit
Pria dan wanita menengadahkan tangan
Berebut-rebut menangkapnya
Banyak yang mendapat seangkam
Banyak yang mendapat segantang
Semakin banyak
Semakin tak tergenggam


Judul : Dwilogi Padang Bulan
Penulis : Andrea Hirata
Editor : Imam Risdiyanto
Penerbit : Bentang Pustaka
Terbit : Juni 2010
Tebal : vi + 270 hlm.
ISBN : 978-602-8811-09-5


NB:
Baca review novel Maryamah Karpov di sini:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=42638427692

Baca review film Laskar Pelangi di sini:
http://luckty.multiply.com/reviews/item/25

Baca review film Sang Pemimpi di sini:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=228786912692

Jumat, 23 Juli 2010

GubugLiat; Jumat, 16 Juli 2010

Diskusi GubugLiat Jombang:
1. Buat jadwal kegiatan rutin untuk setiap Bilik
2. 18 juli 2010; diskusi bulanan di kediaman Rahmat Sularso Nh. pemateri Muh. Firdaus Rahmatullah (Lurah Bilik Sastra GubugLiat Jombang)
3. Kejelasan pembahasan atau diskusi tiap pertemuan (materinya jelas!)
4. Perlunya tempat jujukan (basecamp)
5. Belajar menghargai waktu dan teman
6. GubugLiat ini mau dilanjutkan apa tidak bila seperti ini terus-menerus?
7. Kegiatan, pergerakan, ruang gerak, dan tujuan GubugLiat Jombang'
8. Frontbook buat diskusi atau tiap kali pertemuan
9. Pemaksimalan semua diskusi, sebab tidak terfokus pada satu Bilik saja.
SELAMAT BERPROSES!!!

Rabu, 23 Juni 2010

Diskusi GubugLiat Jombang
A. Bilik Sastra:
1. Diskusi umum rutin tiap bulan dengan tema dan pemateri yang berbeda
2. Membuat tulisan apa saja di luar diskusi umum rutin
3. Inventarisir tulisan anggota untuk koleksi pribadi dan atau pembuatn antologi bersama di kemudian hari atau akhir periode.
B. Bilik Musik
1. Jumat, 25 Juni mulai latihan
2. Peralatan siap (akustik-an)
3. Pemanasan, lagu umum, tradisi-an.
C. Bilik Teater
1. Jangka panjang
2. Studi literatur
3. Bedah naskah; Desember 2010
4. Pentas; Februari 2010 dan Juni 2011
D. Bilik usaha
1. Destinasi tempat (SJ FM, Perpustakaan Mastrip, SMKN 2 Jombang, Apotek Surya Medika, sebelah RS Muhammadiyah Jombang)
2. Yang dijual; kopi, teh, jahe, jus, es, susu, mie goreng dan mie rebus, gorengan, jajan, krupuk, dll.
3. Banner untuk identitas
4. Internet (Indomie, Telur, Kornet)
5. Yang dibutuhkan; elpiji, kompor gas, gelas, toples, mangkok, ceret/teko, timba, sendok, garpu, panci, pisau, meja, alas banner atau tikar, terpal, gerobak dorong, lampu/neon/ublik, termos, gunting, dll.
6. Bahan baku; kopi seperempat kilogam, gula dua kilogram, teh dua bungkus, Indomie separoh godog separoh goreng, air isi ulang, Nescafe, Extra Joss, susu Indomilk, creamer, Sunlight, rokok Surya umplungan, Marimas, Sisri, es batu bola, plastik, kresek, serbet, telur ayam satu kilogram, telur puyuh dua kilogram, jahe seperempat gram, tisu dua rol, Aqua gelas, dll.

GubugLiat Jombang

Minggu, 18 Juli 2010

Menulis Menurut Dua Penulis

(1)

Menulis Praktis Menurut Asma Nadia

Menulis itu sebenarnya asyik, apalagi fleksibilitas dari segi waktu
dan tempat, membuat kegiatan ini sebenarnya bisa jadi profesi yang
mungkin banget terutama lagi untuk para istri dan ibu:)
Sebenarnya lagi, menulis juga nggak ribet amat. Dan beberapa kendala
mungkin bisa diantisipasi.
Beberapa tips ini mungkin bisa sedikit membantu.
1. Banyak baca, so pasti ya?:)
2. Mencintai Bahasa, senang utak utik kata, bikin eksperimen utk ganti
ungkapan2 usang yang sudah terlalu sering kita dengar. Dekat2 dengan
KBBI juga akan memperkaya kosa kata, paling nggak bisa meminimalisir
kebuntuan karena kehabisan kata2.
3. Buka mata dan telinga, hidupkan panca indra kita, coba latih
kepekaan, dengan kepekaan ini hal2 yang sederhana sebenarnya mudah
4. Diskusi, jangan malu diskusi dengan siapa aja, suami, bahkan anak,
kakak, teman sahabat, penulis? Ketika menemukan hambatan bercerita.
Dengan diskusi nggak jarang kebuntuan bisa terpecahkan. Paling nggak
merangsang berpikir atau melihat dengan sudut pandang lain\
5. Gabung dengan komunitas menulis. sekarang ini banyak, dari yang ada
pertemuan rutin seperti Forum Lingkar Pena, ada juga yang melalui
mailing list seperti pembacaanadia@yahoogroups.com di mana kita bisa
diskusi dengan pengarang2 dan sesekali posting tulisan kita untuk uji
kemampuan, biar dpt masukan dari teman2 lain juga.
6. Gabung ke milis2 lain juga berguna, ini bisa jadi cara baca yang
lain utk tetap update dengan permasalahan2 di sekitar kita.
Lainnya?
Hm, memulai dengan pengalaman selalu lebih mudah. Lainnya lagi, mulai
dengan dunia yang kita cintai atau kita kuasai sehingga jika mentok,
paling nggak bahan bakar utk survive lebih banyak.
Jangan lupa Menulis untuk diselesaikan, kasih wkt terhadap tulisan2
kita yang hanya sepotong itu untuk menemukan endingnya. Seperti karya
lain, maka tulisan hanya bisa menjadi sebuah karya jika sudah
diselesaikan.
Stok sabar sangat diperlukan. Nikmati setiap prosesnya. Sebab begitu terbit tidak banyak yang bisa kamu lakukan lagi. Jadi kalau mau menambah gizi tulisanmu, lakukan semaksimal mungkin. Tulisan yang tergesa-gesa tidak akan memuaskan, tidak hanya bagi pembaca tapi juga bagi kamu yang menulisnya.
Benar utk pertama tulislah dengan hatimu, jangan terpaku pada aturan2 yang dibuat orang2, kalau itu membuat ruang bergerakmu makin sempit. Bebaskan dirimu untuk berekspresi dengan jujur. Tentu bukan bebas yang bablas.
Setelahnya jangan cepat mengirim file tulisanmu ke media, ttp endapkan beberapa saat kemudian kembali dengan kaca mata editor. Ya, jadilah editor pertama bagi tulisan2mu.
Sertai juga dengan ngotot:) dan berdoa. Cari motivasi terbesar yang
kira2 akan menggerakkan jari jemari kita lebih cepat. Menulis lebih
banyak, menulis setiap hari, apa saja, merupakan latihan mengungkapkan
gagasan, termasuk nulis hal2 ringan di diary, milis atau blog.
Ingat, apa pun profesi kita sekarang, selalu bisa dilekatkan dengan
profesi menulis. Dengan itu pula kita bisa mengabadikan dunia2 lain
yang kita cintai, berbagi pikiran, pengalaman terhadap orang
lain, hingga semoga sebagian dari kita akan tetap abadi, sekalipun
usia berakhir. Lebih banyak yang bisa dikenang anak cucu kita, insya
allah:)
selamat menulis:)


(2)

Pekerjaan menulis dan profesi penulis beragam jenis. Mulai menulis catatan harian atau diary, menulis berita di suratkabar, mengarang cerpen atau novel, mencipta puisi, membuat teks iklan, menulis posting blog, menulis siaran pers, menyusun skripsi, menulis pidato, dan banyak lagi.
Setiap penulis memiliki bakat dan kemampuan dengan kualitas berbeda. Penulis yang baik menulis dengan gayanya sendiri. Untuk menjadi penulis yang baik tidak harus mengecap pendidikan khusus, seperti kursus menulis atau kuliah.
Aku sendiri mampu menulis — soal kualitas, itu nomor sekian bagiku, yang penting kunikmati prosesnya — walaupun aku tidak pernah mengikuti kursus apalagi kuliah. Aku cuma jebolan SMA dari kampung Soposurung di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Novelis, sastrawan besar, atau jurnalis kenamaan sering mengatakan, “Penulis itu dilahirkan, bukan dibentuk.” Tapi jangan salah paham, bukan berarti kita tidak boleh membentuk diri kita menjadi penulis. Latihan justru sangat perlu. Banyak cara dan media untuk berlatih menulis.
Semua tips berikut adalah pengalamanku pribadi, dan telah kupraktikkan sejak aku masih duduk di bangku SMA di awal tahun 1990. Silakan disimak. Jangan terlalu serius, karena ini bisa juga menggelitik.
50 Tips cara berlatih menjadi penulis
1. Untuk menjadi penulis yang baik, mulailah dulu menjadi pembaca yang baik. Tidak ada ruginya sebentar melihat tulisan pada sobekan koran yang dijadikan bungkus kacang goreng, barulah buang ke tempat sampah.
2. Kalau ada uangmu, sesekali belilah buku tentang menulis.
3. Baca novel Harry Potter, majalah PlayBoy, hingga buku-buku agama.
4. Usahakan minimal sekali seminggu membolak-balik Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tak perlu lama-lama, cukup lima menit.
5. Ketika jalanan macet, jangan cuma bengong, perhatikan papan-papan reklame.
6. Baca buku tata-bahasa Indonesia.
7. Belum berani menulis di koran atau blog? Coreti buku diarymu.
8. Miliki Pe-De yang gede. Harus percaya diri, dan katakan pada dirimu sendiri, “Aku ini penulis. Aku mampu menulis.”
9. Jangan pedulikan orang yang mengatakan tulisanmu jelek.
10. Tulis bermacam format artikel: mulai cerpen, opini, feature, esai, bila perlu puisi.
11. Cintai bahasa Indonesia dan bahasa daerahmu lebih tinggi dari kebiasaanmu ngomong kebule-bulean.
12. Tiba-tiba punya kalimat menarik? Ketikkan di ponselmu dan simpan.
13. Jangan buang majalah Tempo yang lama; di sana terdapat banyak kalimat bagus untuk dicontoh atau dipelajari. Aku sendiri selalu membawa-bawa semua koleksi majalahku, baik ketika bertugas di Medan, merantau ke Palembang, dan pulang kampung ke Balige.
14. Lakukan “menulis dalam pikiran”. Biasanya teknik ini kupraktikkan saat aku memegang sebatang rokok dan jongkok di toilet. Banyak artikelku di Blog Berita bermula dari kamar mandi, termasuk yang saat ini sedang kaubaca.
15. Catat setiap kosa-kata baru yang jarang terdengar, sinonim, dan ejaan yang membingungkan — contoh: sekadar, bukan sekedar.
tombol keyboard obeng 50 Tips mudah dan praktis berlatih menjadi penulis16. untuk berlatih sekadar memperlancar kosa-kata, menulislah di komputermu dengan semuanya huruf kecil. awal kalimat dan nama presiden sby pun tidak perlu memakai huruf besar. namanya juga latihan. kau tidak akan ditangkap polisi karena membuang semua HURUF BESAR.
17. Untuk berlatih lebih serius menyusun kalimat dan paragraf, coba terapkan ini: Lebih banyak titik dalam satu alinea adalah lebih baik ketimbang sedikit titik. Maksudnya, usahakan lebih banyak menulis kalimat pendek daripada kalimat panjang.
18. Bikin blogmu.
19. Latihan menulis opini dengan berkomentar di situs-situs Internet.
20. Tulis satu kalimat, tulis lagi kalimat kedua, rampungkan satu paragraf, tulis lagi alinea kedua, jangan berhenti, jangan dulu membacanya, jangan merevisi, tulis terus….
21. Lakukan revisi setelah draf artikel rampung.
22. Baca drafmu dengan mengeluarkan suara.
23. Menulislah dengan komputer, jangan dengan pena, kecuali dalam kondisi terpaksa.
24. Setelah rampung menulis dan merevisi, endapkan dulu sekitar satu jam atau beberapa hari.
25. Buang sedikitnya 20 persen dari isi draf tulisanmu sebelum diterbitkan di blog atau media lain.
26. Ketika menonton film asing di bioskop atau televisi, simak teks terjemahannya.
27. Simak obrolan penyiar radio Kiss FM Medan atau Prambors Jakarta, jangan cuma dengar.
28. Babat habis kalimat membingungkan, jangan kasih ampun.
29. Pakai kalimat lugas dan tegas. Rumus populer KISS — Keep It Simple and Short.
30. Sesekali boleh menulis kalimat bertele-tele dan memutar, tapi porsinya harus sedikit dan jarang.
31. Jangan mulai artikelmu seperti anak kelas 4 SD belajar mengarang: “Pada suatu hari…, kami pergi ke rumah nenek…, lalu kami memanjat pohon jambu…, lalu adik terjatuh…, lalu dokter memberi obat….” Please, deh, malas membacanya. :D
32. Tidak ada “tanda titik-titik” lebih dari empat biji. Hanya tiga titik jika ditulis dalam kalimat, dan empat titik bila ditempatkan di akhir kalimat. Horas………. horas…………. horas…….., tulisan seperti ini pernah kubaca di sebuah koran besar terbitan Medan, ditulis oleh seorang wartawan yang katanya senior.
33. Pakai sesedikit mungkin istilah asing. Penulis yang hebat bukanlah karena piawai memamerkan banyak kosa-kata Inggris dan istilah-istilah ilmiah.
34. Kalimat langsung atau kutipan idealnya maksimal 30 persen dari seluruh isi artikel.
35. Waktu paling enak menulis: menjelang tengah malam atau pagi hari sesudah bangun.
36. Biasakan berkhayal, tentang apa saja. Kau harus berani mengkhayalkan dirimu sedang berada di zona perang Afghanistan bersama-sama dengan si seksi Angelina Jolie. Berkhayal akan melahirkan atau mendorong munculnya ide-ide segar untuk tulisanmu.
37. Telusuri halaman Internet untuk membaca artikel dengan beragam topik, jangan melulu cuma nonton film bokep di YouTube atau Daily Motion.
38. Judul artikel adalah penentu apakah orang lain akan terus membaca tulisanmu ataukah beralih ke bacaan lain.
39. Judul harus menarik, tapi jangan menipu. Judul harus mencerminkan topik bahasan. Jangan tulis tajuk, “Bagaimana cara membuat kue enak,” padahal dalam konten kau hanya bercerita tentang bermacam kue lezat yang pernah kaumakan — judul yang tepat adalah, “Inilah kue-kue paling nikmat.”
40. Nikmati proses menulis. Meskipun kau bekerja sebagai redaktur koran atau blogger profesional, tetap saja anggap menulis sebagai hobi, agar dengan demikian kau terus menikmatinya.
41. Menulis berdasarkan suasana hati atau mood. Itu benar. Menulis tidak sama dengan pak polantas yang wajib berdiri mengatur lalu-lintas sekalipun hatinya lagi bersedih.
42. Musuh utama tulisan: jargon-jargon dan kalimat yang membingungkan.
43. Musuh utama penulis: sikap yang terlalu patuh pada orang lain alias penurut, dan sifat membeo.
44. Informasi penting tidak selalu menarik, dan informasi menarik tidak selalu penting. Maka tulislah keduanya, jangan menunggu munculnya topik yang menarik.
45. Tulislah artikel yang renyah. Sebisa mungkin jangan formal, kecuali untuk kasus khusus seperti siaran pers humas atau bahan pidato bosmu.
46. Ceritakan, jangan katakan. Buat pembacamu merasa intim dengan apa yang kautulis.
47. Tulis lebih banyak kalimat aktif daripada kalimat pasif.
48. Manfaatkan tanda baca koma seefektif mungkin. Bila ditempatkan dengan benar, koma bisa membuat artikelmu lebih bermakna. Bila sebaliknya, tanda koma justru membuat pembaca keliru menafsirkan tulisanmu.
49. Jangan jadi plagiator. Jangan menjiplak dengan cara mencuri. Bila kau harus mengutip atau meniru artikel dari sumber lain, sebutkanlah dari mana kau mengambilnya. Kredibilitas penulis pertama-tama dinilai dari kejujurannya, bukan dari kualitas artikelnya.
50. Jangan akhiri tulisanmu dengan kata-kata seperti, “Semoga, Horas, Amin.”
Adakah tips atau caramu yang khusus untuk berlatih menulis? Atau sudah letih membaca 50 tips ini? Ataukah masih kepengen kita lanjutkan menjadi 100 tips menulis ala Blog Berita? :D [Jarar Siahaan; www.blogberita.net]

SEPULUH KIAT PRAKTIS MENULIS AWAL

SEPULUH KIAT PRAKTIS MENULIS AWAL

Pernahkan kita mendengar nama Helvy Tiana Rosa, Habiburrahman Al Shirazy, Andrea Hirata, Pipiet Senja, Emha Ainun Najib, Eef Saefullah Fatah, Ahmad Tohari, Akhdiyat Kartamiharja, Sawali Tuhusetya, Izzatul Jannah, atau barangkali Fahruddin Nasrulloh? Yups, mereka semua merupakan sosok penulis Indonesia yang sangat terkenal. Tulisannya sering kita jumpai berupa buku, novel, cerpen atau artikel di surat kabar, majalah dan media lainnya.
Konon, mampu menulis itu akan mendatangkan banyak manfaat. Baik yang sifatnya moril maupun materil. Ada seorang kawan guru yang karena aktif menulis buku di penerbitan ternama dapat jatah melancong ke luar negeri. Ada pula dosen muda yang ‘kebeli’ mobil dari hasil tulisannya (baca: buku karangannya best seller), bahkan sebuah artikel saja yang dimuat di surat kabar nasional, honornya bisa mencukupi untuk sarapan pagi di warung makan sederhana (baca: warteg) selama satu minggu penuh. Wow…apa iya?
Namun yang terpenting bahwa menulis itu akan mendatangkan kepuasan batin. Apa sebab? Ya, karena buah pikiran, ide gagasan dan unek-unek yang ada di kepala dapat dibaca khalayak dan tentunya semoga bermanfaat bagi sesama. Bukankah ada hadits yang berbunyi, “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.”
*****

Kiat Praktis Mulai Menulis
Lantas, bagaimana kiat praktis untuk memulai menulis itu? Berbicara kiat berarti membahas cara atau strategi yang perlu dilakukan. Berdasarkan literatur dan sharing pengalaman antarpenulis, setidaknyna ada sepuluh kiat yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan.
Pertama, milikilah keinginan yang kuat. Tentu kita setuju bahwa keinginan kuat berbeda dengan hanya sekedar keinginan. Sebuah keinginan saja belum tentu diperjuangkan dengan serius dan konsisten, sedangkan keinginan yang kuat itu betul-betul ingin diwujudkan dan dicapai. Dan, untuk mencapai serta mewujudkannya seseorang mau dan siap kerja keras, tekun belajar dan berusaha dengan tidak kenal lelah.
Kedua, mulailah menulis sekarang juga! (baca: write now. Right away!). Ketika ingin menulis, maka lakukan saja dan jangan ditunda-tunda (diengke-engke). Menulis apa? Ya, apa saja yang memang ingin ditulis. Bisa berupa artikel, cerpen, dongeng, puisi, laporan perjalanan, pengalaman menyenangkan atau menyedihkan dan tulisan lainnya.
Ketiga, selesaikan tulisan sampai utuh. Maksudnya, menulis jangan setengah-setengah, akan tetapi semua yang ada di pikiran, betul-betul mewujud, tumpah-ruah dalam sebuah karya tulis. Bukan berarti, tidak boleh istirahat atau makan dulu, namun upayakan tuntaskan dari awal hingga akhir.
Keempat, jangan malas untuk merevisi. Terkadang ini adalah penyakit penulis terutama penulis pemula. Perlu disadari bahwa menulis itu tidak bisa langsung jadi, seperti halnya membuat kue terkecuali bagi penulis kawakan. Maka, bagi penulis pemula, revisi menjadi keniscayaan (sine qua non). Baca dan renungkan tulisan kita. Isi tulisan dikaji lagi, kalau kurang ditambah, kalau lebih dikurangi. Begitu pun redaksional kalimat/kata yang kurang tepat diedit kembali. Boleh juga bahkan dianjurkan untuk minta masukan/kritikan orang lain tentang tulisan tersebut, sehingga lama-kelamaan akan bertambah baik. Intinya, “jangan alergi dengan kritikan dan harus giat merevisi!”
Kelima, tumbuhkan dalam diri sikap konsisten (istiqomah). Jangan sampai ketika mengalami kesulitan, lantas putus asa dan tidak mau mencoba lagi. Kalau belum berhasil coba lagi, coba lagi dan coba lagi. Ingat Thomas Alfa Edison? Ketika percobaan bola lampu, berapa ratus atau berapa ribu kali dia gagal? Setiap mengalami kegagalan, dia mencoba lagi dan terus mencoba lagi. Begitu pun penulis pemula, ketika belum berhasil coba lagi. Ada baiknya memiliki semacam target yang jelas ketika menulis.
Keenam, berlatih dan teruslah berlatih. Untuk langkah ini bisa menggunakan berbagai sarana seperti; buku harian, agenda kerja, coretan kecil dan yang lainnya. Ungkapkan segala perasaan baik sedih maupun gembira, laporan perjalanan, hasil pengamatan, pengalaman belajar atau mengajar dan aktifitas lain. Semua itu secara tidak langsung akan membantu dalam meningkatkan kemampuan menulis.
Ketujuh, perbanyak membaca. Jadikan membaca sebagai kebutuhan. Tidak dipungkiri bahwa seseorang yang mampu menulis karena memiliki wawasan dan pengalaman. Untuk meningkatkan wawasan, maka membaca menjadi keharusan. Membaca buku, kitab, majalah atau surat kabar. Ada baiknya juga untuk ajang latihan, membaca dan memperhatikan hasil karya tulis orang lain berupa artikel, cerpen, dongeng, dsb. Perlu juga membaca alam sekitar/lingkungan sosial yang terjadi sehingga akan menambah ketajaman ketika menulis. Jangan harap bisa menulis kalau malas membaca!
Kedelapan, ikuti kursus dan pelatihan jurnalistik. Kegiatan seperti ini akan sangat membantu untuk menguasai teori menulis. Misal, bagaimana cara menulis sesuai kaidah bahasa, membuat karya ilmiah, menuangkan ide gagasan, menentukan tema dan sejumlah teori lainnya.
Kesembilan, miliki berbagai literatur atau koleksi buku tentang kepenulisan. Kalau memungkinkan setiap terbit buku baru yang membahas tetek-bengek menulis langsung saja beli. Manfaatnya adalah untuk menambah wawasan dan lebih familiar dengan dunia tulis menulis.
Kesepuluh, publikasikan hasil karya tersebut. Ketika tulisan telah selesai maka sesederhana apapun, perlu dipublikasikan. Langkah ini dapat memanfaatkan mading, buletin, ajang lomba bahkan dikirim ke majalah, jurnal atau surat kabar. Termasuk website atau blog yang saat ini sedang menjamur. Jangan lupa minta masukan/koreksi dari redaksi. Perlu dingat kalau belum dimuat jangan kecewa dan putus asa. Coba lagi terus, sampai berhasil. Atau, publikasi secara personal (cobalah minta kepada teman atau orang lain untuk membaca tulisan yang telah dibuat, atau dengan membacakan kepada mereka). Itu adalah saran simple saja untuk menghargai tulisan yang telah dibuat.
Demikianlah sepuluh kiat sederhana untuk mulai menulis. Pada akhirnya keberhasilan kita tergantung sejauhmana keinginan dan usaha yang dilakukan. Selamat mencoba dan semoga sukses.
Semoga bermanfaat… .
*****

Muh. Firdaus Rahmatullah “Lurah Bilik Sastra GubugLiat Jombang”
(dalam rangka Diskusi I GubugLiat Jombang; Ahad, 18 Juli 2010)
Disarikan dari: Webmaster Http://ispi.or.id

GubugLiat

Jumat, 18 Juni 2010
GubugLiat

Deklarator:
1. Muh. Firdaus Rahmatullah
2. Rahmat Sularso NH.
3. Rangga Dwi Putra Kurniawan
4. Rangga Prayogo
5. Tedi Subohastowo
6. M. Rifqi Rahman
7. M. Lucky Ali Murfiqy
8. Moch. Achiriyah Maliq
9. Subekti
10. Ifang

Nama: GubugLiat

Pengurus GubugLiat 2010-2011
Ketua : Rahmat Sularso NH.
Sekretaris : M. Lucky Ali Murfiqy
Bendahara : Ifang

Tujuan:
bergerak di bidang seni, budaya, sastra, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
membangun jaringan/link ke semua instansi/komunitas sejenis.

Sifat:
fleksibel
bergerak di semua bidang

hari lahir: Jumat, 18 Juni 2010