SANGGAR BELAJAR BARENG

Bilik Sastra
Bilik Musik
Bilik Teater
Bilik Wirausaha

Minggu, 15 Agustus 2010

Membangunkan Sang Penulis di Akhir Pekan

Keramaian kota yang senantiasa bersama di enam hari tidak dapat ditinggalkan bahkan sudah menjadi sebuah rutinitas yang selalu dilewati di awal mentari membukakan berkas sinar hangat mengiringi segenap kesibukan insan yang dibawahnya hingga kantuk menghantui kuning mentari, menggantinya dengan remang rembulan seperti malam-malam sebelumnya. Serasa itu juga sedang dialami gerombolan pemuda dari berbagai sudut kota kecil yang beranjak dewasa. Libur seakan enggan bersahabat untuk mereka. Hanya sebuah harapan kecil yang coba dibangunkan menjadi harapan besar bagi mereka. Semoga, semoga saja semuanya terwujud. Berbekal ketulusan serta keikhlasan yang dipetik dari tiap kalbu mereka. Gayung kebanggan untuk setiap keluarga yang disisakan sedikit waktu dengan mereka.
Sebaris tawa kecil jika ketika masuk di ingatan kala bersama. Hingga dihitungan bulan ketujuh, lelah itu tidak dirasakannya bahkan kepulangannya sudah disambut oleh para penyambut kelahirannya dulu. Perlahan namun membukakan kepastian perkumpulan itu macam konverensi tingkat tinggi. Kesibukan sekarung seolah tertadahkan di segara keharmonisan. Mengupas masalah yang mengusik serta membaginya dalam keindahan warna sejarah kecilnya.
10 jurus maut dimuntahkan pendekar bersenjata pena dengan seragam tinta hitamnya, perisai secarik kertas seakan melindunginya selalu dari keduniaan dan kefanaannya. Khusuk sekali setiap pasang telinga enggan mencela, hanya mendengar, memperhatikan, dan sesakali mengincipi putih lembaran suci yang sudah disajikannya. 10 jurusnya sudah dikeluarkan, yang lain siap untuk menimpalnya dalam keterdiaman sejenak. Hitam, muncul dari kecerahan hari itu. Serentak menodongkan pertanyaan setelah mengunggah pengalaman lalu tentang kepenulisan. Kebijaksanaan menanggapinya seraya memberikan penerimaan syahdu dalam pikirnya yang terjun di hati. Menyadari yang dilakukan selama ini tanpa diketahui juga dilakukan oleh semua peserta konverensi.
Holland terpancing oleh si Hitam, memberikan ikatan rantai kata-kata dengan pengalaman dan untaian pembacaan yang disampaikannya. Kehikmatan lagi-lagi merangkul semua kumpulan tersebut. Manusia, siapa Manusia ini? Seolah tak mengenal siapa mereka. Dulu, bukan mereka sekarang. Diam, bukan diam biasa, untuk saat ini yang mereka tunjukkan. Keterdiaman mereka dalam pembelajarannya dan sekarang mereka menyerentak ketidaksangkaan. Bahagia sekali, pagi yang beranjak menyapa siang dan berakraban dikelanjutannya. Peristiwa yang telah dilalui, apa yang mereka lakukan, tidak meninggalkan kesiasiaan di bersama meraka. Ternyata sedikit tapi beranjak banyak mereka mulai mengais segala yang tersisa di tiap peristiwa. Kebesaran akan menanungi mereka.
Salju yang menyelimuti saraf-saraf otak, perlahan mulai mencair dan menghangatkan suasana serta saling menyisipkan wawasan di sela-selanya. Menyatu juga ternyata,bagai koalah dengan airnya selalu menyediakan untuk setiap basuhan. Mulai mengusap halus kenangan yang terbingkai padat. Semua pernah menulis, dalam kenangan mereka membuka benteng yang menghambatnya. Kelakuan apa yang dilakukan setelahnya, bagaimana cara merobohkannya. Semua disiapkan sebagai penghantam benteng kokoh di sudut pandangnya. Roboh tidak segampang itu terjadi. Menggerogoti ditirunya dari rayap, tupai, bahkan tikus. Terpenting bagi mereka bagai mana merobohkannya dan harus roboh.
Membangunkan sang penulis. Padahal sang penulis sebenarnya ada di tiap diri mereka. Menyeretnya untuk meninggalkan ensiklopedi kehidupan sebagai sejarah kehidupannya meskipun mereka bukanlah seorang pahlawan yang harus dikenang bangsanya. Namun mereka adalah pahlawan bagi keluarga, rekan, sahabat, serta yang pernah mengenal mereka. Mereka wujudkan impian kecilnya, di kesempatan waktu mendatang mereka akan menjadi pahlawan. Akan tetapi, pahlawan yang sebenarnya pahlawan.

Jombang, 18 Juli 2010
(Rahmat Sularso N.H., Tumenggung GubugLiat Jombang. Pernah menempuh pendidikan di STKIP PGRI Jombang, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2006. Sehari-harinya sebagai networker, menulis, bergiat di Dewan Kesenian Jombang sebagai anggota Biro Sastra, dan bekerja di radio Suara Pendidikan Jombang. Turut serta dalam diskusi kebudayaan dan sastra. Sekarang, sedang menyelesaikan beberapa buku kumpulan puisinya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar